PROFIL MLA - MLF

Mochtar Lubis Award - MLA adalah sebuah penghargaan khusus dunia jurnalistik di Indonesia yang diadakan setiap tahun. Penghargaan ini dimulai sejak tahun 2008 yang lalu dan kini sudah memasuki usianya yang keempat.

Dengan mengusung misi sebagai pemberi penghargaan tertinggi untuk dunia jurnalistik, MLA berupaya untuk menjaring karya jurnalistik sepanjang tahun baik di media cetak maupun elektronik TV. Sesuai dengan kapasitas yang ada hingga saat ini, MLA belum mengakomodasi karya jurnalisme multimedia online dan radio.

5 kategori akan menjadi menu utama dalam penghargaan ini: feature, investigasi, public service, in depth reporting TV dan foto jurnalisme.


Selasa, 28 Juni 2011

BUKU BARU TERBITAN LSPP


Buku "Wajah Agama Di Media" merupakan kumpulan tulisan dari para jurnalis yang mengikuti fellowship peliputan agama bekerja sama dan di bawah bimbingan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan!

Sejumlah investigasi terkait kekhasan simbol dan ekspresi agama di beberapa tempat di Indonesia tertera dalam buku ini. 
Buku ini kaya akan kisah dan refleksi tentang keberagaman. Semoga memberikan sumbangan berarti bagi perkembangan kajian multikultur di Indonesia dan terlebih lagi bisa mendorong semasngat jurnalis untuk menghasilkan lebih banyak karya investigasi...

KATA MEREKA TENTANG MOCHTAR LUBIS

Testimonial

Susanto Pudjomartono:
Jurnalis senior, mantan duta besar Indonesia untuk Rusia

Pertama kenal Mochtar Lubis adalah lewat novelnya “Jalan Tak Ada Ujung” yang saya baca waktu SMP. Setelah jadi wartawan tahun 1966, saya ketemu langsung dengan beliau. Orangnya jangkung, ganteng dan menarik kepribadiannya. Bayangkan, di usianya ke-50 tahun, beliau belajar tae kwon do, luar biasa.

Salah satu yang selalu dikenang adalah saat beliau memberikan pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki tahun 1977. Pidatonya berjudul “Manusia Indonesia” berisi kritik terhadap manusia Indonesia. Pidato ini membuat gempar karena beliau mengatakan dengan blak-blakan bahwa manusia Indonesia itu feodal, munafik dan sebagainya. Banyak yang bereaksi keras karena banyak orang munafik tidak ingin disebut munafik. Tetapi Mochtar Lubis tidak peduli. Menurut saya, apa yang dikatakan beliau tentang manusia Indonesia masih berlaku sampai saat ini.